Kali ini aku akan bercerita tentang layang-layang. Sebuah kertas terbang yang terakit indah dan tidak ingin diikat oleh benang. Dia hanya ingin terbang saja. Tanpa ada yang mengulur dan menariknya.
Bukan, bukan karena setiap benangnya sering diputuskan angin. Bukan juga sosok pemilih, tipe benang sutra atau logia. Belum pernah terpikir olehnya untuk bermaksud seperti itu. Dia hanya Layang-layang biasa yang juga merindukan benang yang biasa. Baginya, biasa-biasa akan menjadi hal yang luar biasa. Tapi entah, entah kapan lagi dia mau diikat!!
Dulu dia pernah patuh pada sehelai benang. Sangat cocok keduanya pun terbang beriring. Layang-layang itu bahagia sekali. Sang benang pun berjanji akan membawanya sampai ke bintang. Sampai saat yang dinanti tiba, angin kencang datang. Sang benang mengulur diri sampai habis. Biar tak ada yang menghalangi mereka pergi. Tapi, ranting yang menjulang tinggi menarik tangannya. Kencangnya angin membuat Benang tak mampu menahan. Ia pun melepas sang layang. Setelah itu keduanya tak pernah berjumpa lagi.
Sang Layang melambai-lambai sedih yang akhirnya jatuh direrumputan dengan luka disekujur tubuh dan hatinya. Sementara Si benang tersangkut diatas ranting tanpa bersuara sekatapun lagi. Disanalah awal kesedihan si Layang. Dia yang kini telah sembuh dan tumbuh menjadi layang-layang perkasa. Selalu saja terbang sendiri tanpa ditemani benang. Dia juga tidak pernah iri pada layang-layang lain yang dapat terbang tinggi dan bahagia bersama benangnya. Bahkan dia lebih sering berbagi kisahnya pada layang-layang itu agar mereka tidak mengalami hal yang sama sepertinya. Beberapa kali layang-layang lain mengajaknya untuk terbang bersama. Bahkan mereka rela menawarkan benang-benang indah untuknya terbang. Tapi Sang layang tetap menolak. Sampai saat ini dia masih saja terbang sendiri. Banyak benang yang menuduhnya angkuh. Apalagi dia berhasil membuat mereka tergila-gila. Dia mau di timang, tapi setiap benang yang menimangnya tidak pernah berhasil membawanya terbang. Benang yang kecewa lantas menuding Sang Layang dengan cemooh dan caci maki. Ada juga yang menuduhnya berbuat curang dan mempermaikan perasaan Para benang. Tapi sekali lagi, Sang layang tidak sedikitpun terpengaruh.

Sulit rasanya memangku beban seperti sang layang. Apa yang dia lakukan selalu terbaca dengan tulisan yang berbeda oleh para benang.Ada rasa bersalah tercampur tanya, mengapa separah itu persepsi para benang? Ah, sudahlah. Kita tak akan mampu mengukur rasa mereka. Membiarkan saja juga tidak lebih baik. Tapi kebaikan masih saja aneh terlihat. Kebingungan-kebingungan itu menambah kepercayaan diri sang layang untuk tetap terbang sendiri, setinggi yang dia mampu. Sampai kapan? Mungkin sampai kebingungan menjawab keraguannya.
Jika kamu bertanya siapa layang-layang itu? Maka jawabanya, Layang-layang itu adalah aku, sipenulis cerita ini. Bisa saja, Layang-layang itu mungkin kamu. Jika hal yang sama juga kau rasakan. Dan aku yakin, suatu saat nanti bakal banyak orang yang mengaku bahwa mereka adalah Layang-layang yang sama seperti aku. Atau seperti para benang itu.
No comments:
Post a Comment