Sebuah klakson sepeda motor berbunyi melengking deras, memaksaku menggeleng kearah sumber suara. Aku cuma menduga jika itu perbuatan si anak kecil yang hobinya memencat mencet klakson jika dia duduk didepan. Tapi kali ini dugaanku salah. Bukan anak kecil yang berada dipunggung motor itu.
Dari rambutnya saja sudah jelas, kalau pelakunya adalah orang yang sudah pandai merawat diri. Dari jauh aroma Nancy dari tubuhnya begitu menggelegar bulu-bulu hidung. Bagiku itu sesuatu yang sangat familiar.
Dari rambutnya saja sudah jelas, kalau pelakunya adalah orang yang sudah pandai merawat diri. Dari jauh aroma Nancy dari tubuhnya begitu menggelegar bulu-bulu hidung. Bagiku itu sesuatu yang sangat familiar.
Tidak salah lagi. Itu adalah sosok yang pernah aku kenal. Lebih satu tahun aku tidak berjumpa dengannya. Tapi tingkahnya masih begitu saja. Tidak sabaran.
Mengulang Ke beberapa Detik....
Aku sedang buru-buru menuju ketempat kerjaku. Ditemani seorang teman, aku dibonceng olehnya. Dari gigi pertama ditekan, motor kami terus melaju. Dan terhenti dipersimpangan tepat dimana kerumunan kendaraan sedang menunggu jatah jalan. Temanku memaksa si motor untuk menembus kedepan, disela-sela kerumunan itu. Sampai akhirnya benar-benar harus terhenti.
Ternyata dibelakang kami juga ada orang yang melakukan hal yang sama seperti temanku tadi. Dengan motor matic nya, ia terus melaju seperti enggan berhenti. Tapi sebuah becak didepannya tak ingin memberi sedikitpun celah untunya. Sampai suara lengkingan itu berbunyi. Si pengendara pun melaju dan berhenti tepat disamping kami.
kembali lagi....
Gerombolan kendaraan dari arah kami masih menunggu jatah jalan yang tinggal 45 detik lagi. Aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan pada si pengendara yang pernah dekat denganku itu. Apa yang harus aku katakan dengan sisa detik jatah jalan yang semakin berkurang? Bercerita tentang masalalu?? Harus kuawali dari mana!! :/ Pura-pura menyenggol kakinya yang tepat disampingku, lalu minta maaf? ah,, kuno!!
Jadi harus gimana?? Berbicara dan tertawa keras kepada temanku, sambil berharap dia membuka kaca helm kuku-kupunya dan menatap kerarahku, lalu memanggilku? Mimpi, mana berani aku melakukan itu sekarang, secara tiba-tiba. Menyanyikan lagu-lagu nostalgia ketika dulu kami bersama? Norak!! Ah, Jalan pikirku buntu.
Jatah jalan tinggal sepuluh detik, dan mulai menghitung mundur. Semua kendaraan sudah mulai siaga, tidak terkecuali miliknya. Aku masih bingung dengan apa yang ingin aku keluarkan dari mulutku. Aku benar-benar membisu. Daya pikirku sudah kalah dengan amukan mesin kendaraan.
Tiga,Dua,Satu....!!
Jatah jalan terbuka, semua kendaraan melaju saling berlomba. Enggak ada artinya, aku harus menancapkan kecewa sedalam-dalamnya, karena telah membuang kesempatan ini percuma. Ku lumat kekesalanku sampai motornya melewati kami dan menghilang diantara gerombolan kendaraan. Entah memilih belok kanan atau searah didepan kami.
Kugigit bibir bawahku menahan sakitnya kekesalan dan kekecewaan pada diriku sendiri. Seharusnya banyak yang bisa aku katakan dan sampaikan padanya. Jika saat itu aku memulainya dengan kalimat, "Hai, apa kabar?"
Tapi hanya kata "percuma" yang bisa aku sebut sekarang. Terlalu lama ide itu muncul dari kepalaku. Menunda segala harapan dan keinginan.
Memori simpang lambhuk
Jatah jalan terbuka, semua kendaraan melaju saling berlomba. Enggak ada artinya, aku harus menancapkan kecewa sedalam-dalamnya, karena telah membuang kesempatan ini percuma. Ku lumat kekesalanku sampai motornya melewati kami dan menghilang diantara gerombolan kendaraan. Entah memilih belok kanan atau searah didepan kami.
Kugigit bibir bawahku menahan sakitnya kekesalan dan kekecewaan pada diriku sendiri. Seharusnya banyak yang bisa aku katakan dan sampaikan padanya. Jika saat itu aku memulainya dengan kalimat, "Hai, apa kabar?"
Tapi hanya kata "percuma" yang bisa aku sebut sekarang. Terlalu lama ide itu muncul dari kepalaku. Menunda segala harapan dan keinginan.
Memori simpang lambhuk
No comments:
Post a Comment