Selamat Datang Di Blog Peraut Pena

Tuesday, 14 January 2014

Kamis, Bertemu Lagi

Seperti janji beberapa hari yang lalu. Hari ini kamis, aku dan “teman lama” itu berjanji untuk bertemu lagi.

Aku tak tahu kenapa dia ingin bertemu lagi hari ini. Mungkin dia hanya sekedar ingin melepas rindu. Maklum kami sudah cukup lama tak bertemu. 1 tahun. Dan itu bukan waktu yang singkat untuk merindu.

Tapi sampai sekarang aku tak pernah yakin kalau dia menyimpan rindu yang sama. Karena dulu dia lebih sibuk dengan masa lalu daripada menggubris perasaanku.

Pukul 16.30 aku sampai di taman kota. Kemudian memilih sebuah bangku taman kosong. Duduk dan mengeluarkan sebuah catatan. Menulis apa yang terjadi belakangan ini. Juga pertemuan hari ini.

Menulis pada catatan:

Beberapa hari yang lalu dia datang kembali. Kembali dari masa lalu. Dari sesuatu yang kusebut kenangan. Kenangan yang kubingkai dan sengaja kubiarkan berdebu. Kedatangannya seperti sebuah pelukan dari belakang. Membuatku sesak. Dan juga terkejut.

Dulu aku yang sengaja pergi. Meninggalkannya tanpa pesan. Dan tak pernah memberi kabar.

Dia lebih memilih masa lalunya waktu itu. Aku tak tahu diriku apa, hanya menatapnya sambil membawa sebuah cinta. Sementara di depanku dia berusaha mengais masa lalu.

Mungkin sekarang dia lelah. Lelah dari mengejar masa lalu.

Ah sudahlah, aku terlalu berprasangka. Mungkin Tuhan lebih tahu, dan aku berharap Tuhan segera memberi jawaban.

Menutup catatan.


“Apakah senja masih lama?”.

Sebuah suara dari belakangku. Kulihat di belakang sesosok bidadari berdiri, tersenyum kearahku.

“Ah bikin kaget saja. Senja nggak akan datang. Aku baru saja meminta Tuhan menunda senja. Untukmu” Ia kemudian duduk disebelahku.

“Gombal. Kamu sama saja seperti lelaki lain. Penggombal dan pembual”, katanya sambil tersenyum kecil.

“Dan kamu sama saja dengan wanita lain, suka di gombalin tapi nggak mau ngaku” Kulihat beberapa saat pipinya memerah. Tersipu malu.

Kemudian dia menghela nafas.
“Besok aku akan pulang, urusanku disini sudah selesai”

“Kenapa begitu cepat? Kamu nggak kangen sama aku?”

“Ge er kamu. Oh iya, bagaimana cintamu? Apakah dia masih seperti dulu?

“Tidak. Dia telah banyak berubah. Dia telah tumbuh makin besar dan aku semakin sulit dengannya”

“Apakah dia secantik aku”, tanyanya makin antusias.

“Jauh lebih cantik, dan nakal tentunya”

“Nakal?”

“Ya nakal, setiap malam dia menjejalkan rindu ke dalam dadaku. sesak”

Kemudian hening. Angin sore berhembus lembut membelai pipinya. Membuat aku sedikit cemburu.

Kemudian dia bertanya, “apakah kau tidak lelah dengan semua itu, kenapa tak membunuhnya?”

“Ah jangan minta itu padaku, aku takkan sanggup”

“Kenapa?”

Giliran aku menghela nafas, “kau tahu? membunuh cinta hanya akan membuatnya lebih hidup disini”, aku menunjuk dadaku.

Kemudian kita hanya diam. Menikmati sore yang semakin tua. Beranjak senja.

“Kamu tahu? Kadang diam adalah bahasa cinta paling romantis loh”, aku memulai percakapan lagi.

Dia hanya diam, menatapku dengan senyuman kecil.

“Kamu beneran mau pergi besok?”

“Kenapa? masih kangen.. hahaha”, dia tertawa.

Aku juga tertawa kecil, “Ge er kamu, aku cuma memastikan”

Dia lalu menjawab, “Aku bisa saja menunda kepergianku, asalkan sekarang kamu bisa menghentikan senja yang menua ini. Aku ingin menikmatinya lebih lama denganmu”

Jawabannya sudah cukup untuk memastikan kepergiannya besok. Mungkin akan lama, aku bisa bertemu lagi. Dan sekarang aku berharap bisa menghentikan senja ini, menikmati waktu bersamanya lebih lama.

Secara tak sengaja pandanganku beralih ke tangannya. Dan cincin yang dulu sudah tidak ada. Kenapa?

Baru saja aku ingin bertanya, kemudian dia menutup pertemuan ini.

“Lagi-lagi teh kita habis”

“Sepertinya kita perlu teh lebih banyak, apalagi saat seperti ini.”

Lalu kamipun berpisah. Berpisah setelah kembali bertemu. Pertemuan yang singkat. Sama seperti senja yang merupakan pertemuan singkat malam dan siang. Dan takdir apalagi yang akan terjadi pada kami berdua. Entahlah, aku tak suka menebak-nebak. Itu hanya membuatku berharap banyak.


(hmmm ini -_- Hanya Ocehan Si Penulis Cemen)

No comments:

Post a Comment